Buah Noni memang memiliki aroma yang tak sedap, namun secara tradisional dikonsumsi oleh penduduk pedalaman Pulau Samoa, Kepulauan Fiji, Burma dan Australia.  Di Hawaii dan Marquesas buah Noni menjadi buah saat terjadi kelaparan, dan merupakan makanan ternak.  Akar dan kulit kayunya diambil sebagai bahan baku zat warna, hal ini cukup terkenal di Polynesia, Asia dan Eropa sampai dengan tahun 1950 an.
Zat warna  kuning, merah dan ungu menjadi warna yang diproduksi dari tumbuhan Noni, dari negeri Itali sampai ke India, sebagai pewarna yang digunakan untuk mewarnai karpet, baju dingin dan sorban.